12Mar
Belajarlah Dahulu Sebelum Mulai Membangun Startup
Sebelum Mulai Membangun Startup – Saya menerima banyak pesan singkat dan email dari para entrepreneur muda hebat. Saya merasa berjuang membangun sebuah perusahaan di usia yang belia adalah hal yang hebat dan inspiratif. Pencapaian yang perlu kita apresiasi.
Namun, saya selalu merasa seperti orang yang tidak berguna ketika mereka meminta nasihat. Atau saat mereka bertanya mengenai apa yang harus dilakukan seorang entrepreneur di usia 15, 16 atau 17 tahun.
Saya merasa tidak berguna karena nasihat yang ingin saya berikan adalah berhenti khawatir untuk menjadi seorang founder dan mulai belajar. Berhentilah mencoba membuat bisnis di usia muda. Gunakanlah waktu melimpah yang kamu punya itu untuk belajar sebanyak-banyaknya, sebelum memutuskan untuk memulai startup.
Terdengar kejam, bukan? Layaknya profesi yang lain, kamu akan butuh kemampuan yang tepat untuk menjadi entrepreneur. Belajarlah terlebih dahulu untuk menggunakan kemampuan tersebut dan cobalah hal-hal baru.
Tentu, kamu juga bisa belajar banyak keahlian dari trial and error saat membangun perusahaan. Namun, kamu akan membuat lebih sedikit kesalahan apabila kamu belajar dari kesalahan yang kamu lakukan saat bekerja sebagai seorang profesional.
Ketika saya masih seorang remaja, saya tidak memiliki apa yang diperlukan untuk memulai dan menjalankan sebuah perusahaan. Fakta bahwa saya sukses membangun bisnis manajemen musik kala itu merupakan keberuntungan belaka. Saya juga sadar bahwa memilih untuk menjual bisnis tersebut di waktu yang tepat juga suatu keberuntungan.
Jika saya bisa mengulang kembali, saya tidak akan memulai perusahaan yang sama. Walaupun bisnis tersebut membantu saya membayar tagihan dan memberikan saya sedikit uang, namun alangkah lebih baik dan sukses hidup saya apabila kala itu saya berhenti untuk bergegas menjadi seorang founder. Andaikan saya bisa menggunakan lebih banyak waktu untuk belajar dari pengalaman orang yang sudah terlebih dahulu sukses.
Bagi saya, seorang founder yang hebat adalah orang pernah menjadi seorang karyawan. Saya akan tertarik bekerja dengan seseorang yang telah menghabiskan banyak waktu di pekerjaan yang mereka sukai, benci, dan pekerjaan yang mereka sadari dapat diselesaikan dengan lebih baik lagi.
Founder tersebut saya yakin memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk membuat perbedaan. Mereka juga memerhatikan orang lain dan belajar untuk membedakan apa yang perlu dan tidak perlu dilakukan.
Sejak tahun 2016, saya mulai berinvestasi sebanyak US$2.000 (sekitar Rp26,6 juta) setiap tahunnya untuk bisnis kecil yang fokus pada pengembangan software niche dan web design inovatif. Sekarang saya juga tengah bekerja dengan seseorang yang berusaha untuk membangun kedai kopi.
Proyek yang saya lakukan tidaklah besar, dan mereka tidak akan memberikan saya keuntungan jutaan dolar. Namun, mereka sangat penting untuk saya dan saya percaya bahwa mereka juga penting untuk didukung.
Nilai investasi tersebut juga tidak besar, namun merupakan kesempatan bagi saya untuk memberikan uang kepada orang yang saya percayai, serta mendapatkan sedikit ekuitas dari bisnis yang saya bantu untuk berkembang.
Penting diingat, ketika saya lakukan ini, saya tidak tertarik untuk mencari para pemimpi. Saya juga tidak mencari orang yang picik dan tertarik untuk menjadi jutawan. Saya ingin mencari orang yang tahu pasti apa yang mereka lakukan
Orang yang tahu pasti apa yang mereka lakukan adalah orang yang telah menghabiskan banyak waktu untuk terus belajar, mencari pengalaman, dan mengikuti minat yang tepat. Mereka telah bekerja di industri tersebut sebelumnya, dan pernah memiliki pemimpin yang memberikan mereka instruksi. Pemimpin tersebut akan memberikan apresiasi ketika kamu melakukan hal hebat, dan tentunya tekanan ketika kamu gagal.
Baca Juga : Kampus Kamu Mendukung Dunia Startup
Akan selalu ada entrepreneur muda yang menjadi panutan. Orang yang memulai perusahaan saat remaja dan menjadi seorang miliarder sekarang. Hebat, memang, namun mereka merupakan contoh langka dan bukan sebuah standar yang perlu kita ikuti. Ingat, Steve Jobs pernah bekerja di Atari sebelum dia memulai Apple.
Pengalaman sangatlah penting. Sebagai seorang remaja tanpa pengalaman, tentu kamu dapat membangun sebuah perusahaan. Namun ujian sesungguhnya adalah ketika kamu menemukan masalah di tengah jalan, dan kamu diharuskan untuk mempertahankan jalannya perusahaan yang kamu bangun tersebut.
Sehingga satu-satunya cara untuk belajar menjalankan perusahaan adalah bekerja untuk orang lain yang sudah terlebih dahulu memulai.