13Mar
Peluang Bisnis Startup 2019 di Indonesia
Peluang Bisnis Startup 2019 – Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, perkembangan startup di Indonesia mengalami kondisi “pasang surut” yang dinamis. Artinya, di balik pertumbuhan beberapa startup yang tampak signifikan, ada juga kegagalan yang menimpa para pelakunya di beragam sektor bisnis.
Tahun 2019 juga diprediksi punya faktor-faktor penentu bagi perjalanan berbagai startup di Indonesia. Apa saja faktor-faktor tersebut? Berikut sejumlah beberapa tantangan dan peluang yang akan dihadapi startupIndonesia di tahun 2019.
Tantangan: fintech lending bakal hadapi pengawasan lebih ketat
Ranah startup fintech, terutama untuk kategori pinjam-meminjam (lending), terus mengalami perkembangan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan laporan OJK (per September 2018), startup fintech lending telah menyalurkan Rp13,8 triliun dana pinjaman ke seluruh daerah Indonesia selama 2018.
Angka tersebut memperlihatkan peningkatan lebih dari 400 persen dalam kurun waktu setahun. Pada 2017 lalu, OJK mencatat distribusi pinjaman dari sektor ini baru menggapai angka Rp3 triliun.
Namun di balik pertumbuhannya, sektor pinjaman (terutama kategori balance sheet lending) sempat tercoreng citra buruk yang dilakukan segelintir oknum. Hal tersebut tampak dari menjamurnya keberadaan startup fintechtak terdaftar di OJK, yang kemudian berujung pada ratusan aduan penipuan terkait fintech yang diterima YLKI hingga November 2018 silam.
Situasi ini mendorong Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) mendirikan badan baru, Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), yang diketuai CEO sekaligus Co-founder Investree Adrian A. Gunadi.
AFPI menjadi wadah bagi para pemain fintech lending Indonesia untuk menyepakati beberapa hal penting di ekosistem mereka. Beberapa hal yang akan disuarakan asosiasi ini antara lain:
- Batasan maksimal penerapan bunga per hari (ceiling).
- Aturan peminjaman dan penagihan yang tidak melanggar etika.
- Edukasi keuangan masyarakat terkait fintech lending.
- Sekretariat untuk membahas pokok dari regulasi OJK.
- Penerapan itikad baik dalam hal penanganan data pribadi.
Dengan terbentuknya AFPI, penyelenggaraan bisnis fintech lendingdiharapkan bisa berkembang ke arah yang lebih baik pada 2019. Menarik untuk melihat bagaimana para startup fintech lending berkonsolidasi dengan pemain-pemain di luar kota besar, untuk menekan situasi buruk yang mereka hadapi tahun lalu.
Peluang: pasar ekonomi halal makin prospektif
Tahun 2019 diperkirakan bakal menghadirkan peluang besar bagi startup yang membidik pasar ekonomi halal di Indonesia. Hal tersebut dijelaskan lembaga Indonesia Halal Lifestyle Center, yang pada Desember 2018 memaparkan laporan singkat terkait strategi peta jalan ekonomi halal di dalam negeri.
Baca Juga : Nasehat Bagi Starup Pemula
Menurut laporan itu, Indonesia masuk ke dalam peta pasar domestik ekonomi halal terbesar dunia dengan potensi populasi muslim berjumlah 219 juta jiwa (tahun 2017). Pihak Halal Lifestyle Center membuat peta jalan ekonomi guna menyoroti peluang-peluang yang terbuka untuk meraih pertumbuhan signifikan, mengingat saat ini Indonesia hanya mewakili 3,3 persen ekonomi halal dunia.
Rafi-uddin Shikoh, Managing Director perusahaan advokasi ekonomi halal DinarStandard, menjelaskan bahwa Indonesia sebetulnya punya potensi besar, tetapi belum dapat menangani proposisi ekonomi halal dengan jelas. Negara-negara yang secara aktif menggerakkan pertumbuhan ekonomi halal saat ini (seperti Malaysia) telah melakukannya secara baik, meskipun PDB mereka lebih kecil dan populasi muslim lebih sedikit dibanding Indonesia.
Menurut Shikoh, dengan ekosistem startup yang sudah cukup berkembang kini, kondisi tersebut menjadi pertanda baik pihak-pihak yang berniat membidik sektor ekonomi halal, seperti:
- Sektor retail,
- Teknologi (blockchain kebutuhan halal),
- Pemesanan perjalanan umrah,
- E-commerce fesyen,
- Fintech syariah,
- Media, hingga
- Kosmetik.
“Dengan agenda pemilihan presiden yang akan berlangsung , terlepas siapa pun pemenangnya, laporan ini akan memberikan wawasan sebagai salah satu pemegang perananan kunci dalam penyusunan rencana-rencana pertumbuhan ekonomi nasional.”
Melihat peluang tersebut, Sapta Nirwandar selaku ketua Indonesia Lifestyle Center menerangkan pihaknya akan memberi panduan target untuk membantu pertumbuhan ekonomi halal di Indonesia secara keseluruhan.
Tantangan: pilpres tentukan nasib startup dan investasi ke depan?
Perusahaan modal ventura akan terus berinvestasi di Indonesia pada 2019 mendatang, seperti yang telah mereka lakukan selama ini. Meski Indonesia tengah memasuki masa pemilihan presiden di 2019, kalangan investor diperkirakan tak akan banyak terpengaruh oleh kondisi politik.
Meski demikian, kekhawatiran justru diungkapkan para pelaku startup yang bergantung sepenuhnya dengan regulasi pemerintahan petahana, seperti fintech. Diakui Ketua Umum Asosiasi Fintech Indonesia, Niki Santo Luhur, tahun 2019 akan jadi tahun yang penting untuk keputusan sektor startup fintech di masa mendatang.
Baca Juga : Cara Mencari Partner Startup
Selain situasi politik, peristiwa global seperti perang dagang antara Cina dan Amerika Serikat secara tidak langsung juga menyumbangkan faktor ketidakpastiandan risiko bagi ranah investasi dan perbankan di tahun 2019.
2019 sebagai tahun politik dipastikan akan menyebabkan dinamika volatilitas, sehingga kami perlu menjaga operating expenses supaya jadi lebih efisien. Niki Santo Luhur, Ketua Umum AFTI
Lain sektor, lain pula hal yang dirasakan pelaku startup di Indonesia. Pelaku startup di bidang jasa e-commerce maupun marketplace kecantikan seperti HelloBeauty misalnya.
Dennish Tjandra selaku CEO HelloBeauty menuturkan bahwa situasi politik kemungkinan besar tidak akan berdampak pada layanan jasa dan komunitas yang ia tekuni. “Yang jelas, kita lebih banyak fokus terhadap produk dan pasar,” ungkap Dennish.
Peluang: ranah pembayaran digital akan terus berkembang
Layanan keuangan untuk ranah pembayaran digital akan terus diminati masyarakat. Hal tersebut bisa terlihat dari makin berkembangnya basis pengguna layanan pembayaran seperti OVO, GO-PAY, T-CASH, dan Dana.
Pada tahun 2018, penggunaan pembayaran digital disebut-sebut telah menyokong pertumbuhan yang signifikan bagi sektor retail offline. Pemakaian sistem transaksi nontunai yang dianggap lebih praktis dan efisien mulai diadopsi secara luas di kota-kota besar, meski dalam praktiknya sebagian besar penduduk Indonesia masih banyak yang menggunakan transaksi tunai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Kita (para pemangku kepentingan) sering berdiskusi untuk membahas apa tantangan yang kita hadapi sebenarnya. Dari diskusi tersebut tantangan kita sebetulnya cuma satu, tunai. Harianto Gunawan, Direktur OVO
Dengan inklusi produk keuangan digital yang berkembang pesat dua tahun terakhir, para pelaku startup perlu membidik peluang untuk melakukan integrasi dan memperluas kanal pembayaran di segala sisi. Dikutip dari Tempo, Meredith Peng selaku Senior Consultant Angel Investment Network Indonesia (ANGIN) menuturkan peluang ini bisa dimanfaatkan oleh startuplain di luar e-commerce, seperti sektor kesehatan dan pertanian.
Tren perkembangan layanan pembayaran onlinedi Indonesia
Yang menarik, wacana standardisasi kode QR gabungan milik Gerbang Pembayaran Nasional juga akan merambah sektor e-money ke depannya. Dengan segala opsi kemudahan yang akan diadopsi produk keuangan ini, cukup menarik untuk melihat dampak inklusi keuangan digital ini bagi aktivitas transaksi sektor-sektor di Indonesia pada tahun 2019.
Tantangan: startup cryptocurrency berjuang keras hadapi perubahan pasar
Ranah cryptocurrency bisa dibilang kurang beruntung di penghujung 2018. Regulasi yang makin ketat dari berbagai pihak, larangan penggunaan, hingga kekhawatiran atas potensi penipuan dan peretasan siber, menjadi alasan di balik kemerosotan cryptocurrency seperti Bitcoin di tahun 2018.
Meski demikian, para pelaku startup cryptocurrency di Indonesia tampaknya tetap optimis bisa mendorong instrumen investasi ini menuju popularitasnya lagi di masa mendatang. Hal ini bisa dilihat dari geliat startup lokal yang masih konsisten menawarkan produk cryptocurrency, seperti INDODAX (dulu Bitcoin Indonesia), Bitocto, Nusa Exchange, dan sebagainya.
Dikutip dari Tribun, Ketua Himpunan Pemerhati Hukum Siber Indonesia (HPHSI) Galang Prayogo mengungkapkan pasar Bitcoin diprediksi akan kembali naik di tahun-tahun 2019. Menurutnya, dorongan regulasi dari pemerintah bisa menjadi stimulus untuk menyakinkan pasar Bitcoin dan cryptocurrency lainnya di Indonesia, sebagaimana aturan yang dilakukan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappepti) pada pertengahan 2018.
“Nilai tukar memang menjadi pertimbangan bagi para pemainnya, tetapi stimulus seperti aturan main yang jelas lebih menjadi faktor utama yang bisa membuat Bitcoin kembali ramai,” ujar Galang.
Nasib startup layanan jual beli cryptocurrency di Indonesia sangat bergantung pada permintaan pasar.Jika dibandingkan dengan dua tahun ke belakang, perilaku penggunaan cryptocurrency sekarang terasa sangat berbeda, apalagi setelah Bank Indonesia melarang pemakaian mata uang virtual ini sebagai alat pembayaran resmi di dalam negeri.
Volatilitas pasar cryptocurrency dan pengaruhnya terhadap perspektif konsumen jelas masih menjadi tantangan yang terus dihadapi pelaku startup jual beli digital aset ini di tahun 2019. Bagaimana cara mereka menghadapi tantangan semacam ini ke depannya akan menjadi hal menarik untuk diamati nanti.