Pekerjaan Mana Yang Kamu Pilih Startup atau Korporat

Pilih Startup atau Korporat – Memilih pekerjaan pertama biasanya menjadi sebuah momok yang mengerikan ketika seseorang lulus dari perguruan tinggi. Apalagi jika kamu memiliki minat berkarier bersama startup atau bahkan justru mendirikannya.
Menjawab kegalauan ini, Tech in Asia Jakarta 2015 menghadirkan Tesong Kim (Founder dan CEO dari VIP Plaza) dan Faustine Tan (Co-Founder, Indonesia & Malaysia MD dari HotelQuickly) dalam sebuah talk show bertajuk First Job: Startup or Corporate.
Menurut Tesong dan Faustine, kedua jalan tersebut adalah pilihan yang baik, tetapi masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Bekerja di startup memberikan kamu kesempatan untuk berkembang dengan leluasa dan mendapatkan akses langsung kepada manajemen puncak, sedangkan korporat memiliki jenjang karier yang lebih pasti namun kamu akan sulit untuk berhubungan langsung dengan manajemen teratas.
Startup juga memungkinkan kamu untuk mencoba berbagai hal dan menemukan passion kamu di mana. Kamu bisa bereksperimen dengan berbagai posisi jika berada di sebuah startup. Berbeda dengan bekerja di korporat yang hanya memungkinkan kamu mengerjakan hal yang berhubungan dengan divisi yang kamu masuki saja.
Seperti yang dikatakan oleh Faustine:
Startup will help you find your passion.
Dari segi intensitas kerja, Tesong dan Faustine mengatakan jangan berharap kamu bisa bersantai-santai jika bekerja di startup. Di sebuah startup, setiap anggota merupakan bagian penting yang jika tak bekerja dengan baik maka pengaruhnya akan terasa di seluruh tubuh startup tersebut.
Ini bukan berarti kamu akan bisa bersantai-santai juga jika bekerja di perusahaan korporat, tetapi pengaruh kinerjamu di startup memiliki dampak yang besar terhadap tim, positif maupun negatif. Jadi jika kamu memilih hidup yang relatif lebih santai, startup mungkin bukan pilihan yang baik.

Pengalaman Lebih Berharga dari IPK

Tesong sendiri sebelum mendirikan VIP Plaza bekerja terlebih dahulu di Rakuten, sebuah portal belanja online asal Jepang yang kini telah berekspansi ke Indonesia. Saat ditanya kenapa ia memilih untuk bekerja di korporat lebih dulu daripada membangun startup miliknya sendiri, dengan jujur Tesong mengatakan,”Because I don’t have any idea at first!”
Meski begitu, Tesong mengatakan ia ingin mendapatkan sesuatu dari pekerjaannya di Rakuten dengan mendapatkan ilmu sebanyak-banyaknya untuk startup yang akan dia dirikan nanti (setelah mendapat ide tentunya). Dengan gigih ia berusaha untuk mendekati jajaran top Rakuten divisi global. Hasilnya? Ia pun berhasil mendirikan startup yang sekarang berisi dua ratus karyawan ini.
Faustine sendiri memiliki pengalaman bekerja sejak di bangku kuliah. Ia merasa ilmu yang telah ia timba sewaktu kuliah tidak diterapkan dengan baik. Ia ingin langsung menerapkannya dengan bekerja di perusahaan dan hasilnya pun ia rasakan dalam bentuk pengalaman berharga.
Pengalaman ini, yang juga disetujui oleh Tesong, menurut Faustine lebih berharga daripada IPK. Sebagai tambahan, Tesong dan Faustine juga mengatakan bahwa mereka tidak pernah melihat IPK seseorang ketika melamar.
Bagaimana dengan kamu, apakah kamu akan langsung terjun ke dunia startup atau masuk ke dunia korporat terlebuh dahulu?